Berita
Minggu, 21 Juli 2013
Menyusuri Jejak Big Foot, Makhluk Aneh Di Tayan -(4/habis)- Big Foot, Nyata atau Hanya Fantasi?
Menyusuri Jejak Big Foot, Makhluk Aneh Di Tayan -(4/habis)-
Big Foot, Nyata atau Hanya Fantasi?
Pontianak , Equator
Sehari setelah Sanijah mengaku melihat makhluk aneh tersebut, warga pun kian penasaran bercampur cemas. Bagaimana sih wujud makhluk aneh berbentuk gorilla seperti yang dijumpai Sanijah, penjual pecal itu? "Tapi yang pasti sejak kejadian beruntun itu, warga memang terus menerus waspada. Bahkan untuk menanggulanginya, siskamling pun sudah kami bentuk secara bergiliran setiap malam," ungkap A Thuk, warga Jalan Dwikora Tayan, kepada Equator. Tak heran, setiap ada kejadian aneh, ratusan warga dalam tempo singkat sudah berkumpul di lokasi dengan berbagai jenis senjata tajam. Dan tentu saja berbagai cerita muncul tidak persis satu sama lain. Mungkin sudah bertambah-tambah bumbu. Terhadap kondisi tersebut, Sekwilcam Tayan Hilir, Agatho Adan, mewakili Camat Drs. Heriyanto kepada Equator mengatakan, kecemasan warga terhadap makhluk tersebut terlalu berlebihan sehingga mengundang terjadinya kerawanan sosial baru. "Tidak mustahil, kalau keberadaan makhluk aneh ini hanya dibuat-buat saja oleh orang-orang tak bertanggungjawab untuk mengalihkan perhatian agar mudah melakukan tindakan kriminal di tempat lain," ujar Adhan. Sedangkan menurut Pendeta Martinus Cion saat ditemui di Gedung Gema Pemberita Injil Tayan Hilir, mengatakan, dirinya secara pribadi bahwa dunia roh itu ada jika memang mahkluk aneh yang selama ini dicemaskan warga adalah makhluk jadi-jadian atau siluman. "Secara konkret hal tersebut amat sulit dibuktikan. Kendati demikian, apapun bentuknya makhluk itu, entah fakta atau sekedar fantasi, kami mengimbau agar warga tenang dan tidak usah cemas. Tingkatkan kewaspadaan agar hal-hal yang buruk tidak terjadi," harapnya. Lain halnya dengan Marsono, Kades Desa Pulau Tayan Utara. Ditemui di kediamannya, ia mengatakan agaknya kebenaran isu big foot dapat saja dipercayai karena sejumlah pengakuan yang disampaikan warga sudah mengarah ke sana. "Sama halnya dengan pengakuan Neliana dan Sanijah serta sejumlah warga lainnya, Jam (40) mengaku juga pernah mendapat bukti cukup mengenai Big Foot tersebut," ungkap Marsono. Bukti-bukti tersebut menurutnya adalah sebuah tapak kaki berukuran besar di pinggir rumah Jam. Namun sayangnya, saat Equator datang ke lokasi, jejak tersebut sudah terhapus oleh air hujan yang kerap mengguyur kota Tayan. Dua hari berada di Tayan untuk mengumpulkan beragam informasi, ternyata cukup sulit untuk menyimpulkan identitas jelas makhluk tersebut. Begitu juga pendapat yang berkembang di masyarakat, sebagian ada yang mengatakan itu adalah Hantu Gergasi, sedangkan sebagian lain menganggapnya sebagai makhluk jadi-jadian ataupun trik baru maling untuk menjalankan aksinya. Kalau memang dugaan bahwa makhluk tersebut termasuk salah satu golongan big foot benar, agaknya hasil temuan yang selama ini hanya ditemukan tapak kakinya saja oleh tim peneliti dari Fakultas Pertanian Untan beberapa tahun silam dapat saja ditindak lanjuti. Waktu itu, diameter kakinya ditemukan berukuran 1,5 - 2 meter. Namun keberadaan binatang langka ini memang sulit terlacak. Sekitar tahun 1964, warga di Danau Ara Kecamatan Embaloh Hilir, menurut mantan camat kawasan itu I.D Soeryamassoeka, pernah menemukan jenis binatang serupa dalam keadaan sudah mati. Tingginya sekitar 2,5 meter, dan binatang ini oleh warga setempat disebut sebagai "Hantu Gergasi". "Binatang ini mati, karena makan perut babi, yang memakan racun tanaman, yang biasa dipasang warga untuk mengentaskan hama babi," jelasnya. "Ironisnya, pasangan (isteri) dari binatang ini sempat ngamuk, begitu mengetahui suaminya tewas. Sehingga penduduk kampung waktu itu lari ke lanting (rumah di atas air-Red), dan tidur di sana," tambahnya. Apakah pasangan dari big foot yang ditemukan tahun 1964 itu yang sekarang berkeliaran di Tayan? Jawabannya, jelas perlu penelitian lebih lanjut.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar