Terobosan Besar Perjalanan Luar Angkasa Pasca Yuri Gagarin (II)
Pengalaman Gagarin di luar angkasa menurunkan banyak warisan berharga untuk manusia.

Para ilmuwan dan ahli teknologi pun terus mengembangkan dan menciptakan roket yang semakin canggih agar manusia dapat hidup dengan nyaman di angkasa. Berikut lanjutan terobosan yang diciptakan pasca Yuri Gagarin meluncur ke ruang angkasa tahun 1961.
Menciptakan kehidupan lebih nyaman di luar angkasa
Kala itu Gagarin hanya hidup di dalam ruang kapsul dan tidak memliki kapasitas untuk mengontrol pesawatnya. Lain halnya jika ia menuju Stasiun Luar Angkasa (ISS) pada saat sekarang, mungkin dapat menikmati berbagai fasilitas seperti latihan bersepeda, makan daging sapi, dan memilih tisu saat buang air kecil.
"Awalnya kenyamanan kosmonaut di luar angkasa memang tidak terpikirkan. Namun saat seseorang harus hidup dalam jangka waktu panjang d luar angkasa, hal tersebut barulah menjadi masalah dan terpikir oleh mereka," ujar kata Roger Launius, kurator senior dan sejarawan ruang di Smithsonian National Air dan Space Museum.
Tahun 1970, NASA mulai melakukan uji coba yang mengesankan kamar mandi di luar angkasa. Sekaligus usaha pertama untuk menguji kemampuan manusia untuk bekerja dan tinggal di tempat tersebut dalam waktu yang lebih panjang.
Kebutuhan ruang medis
Beruntung selama 108 menit, melakukan perjalanan Yuri Gagarin masih dalam kondisi tubuh yang baik. Dalam kurun waktu tersebut, ia pun masih mampu menahan lapar. Namun, bagaimana jika dalam waktu yang lebih lama? Mulai dari mual hingga terkena paparan radiasi menjadi beberapa penyakit yang akan dihadapi pasar kosmonaut, nama medisnya biasa disebut sindrom adaptasi ruang angkasa (space adaptation syndrome).
"Tantangan ke depan pada perjalan luar angkasa ialah biomedis, bukan sekedar teknologi lagi," ujar Launius.
Komersialisasi
Inilah perubahan yang paling luar biasa menuju luar angkasa di zaman sekarang: dijadikan ajang berwisata. Dengan membayar ratusan juta rupiah, seseorang dapat melakukan perjalanan ke luar angkasa. "Namun tidak semua berkedok tentang perjalanan wisata. Terkadang perjalanan memang dilakukan berkaitan dengan hal komunikasi, penginderaan jarak jauh, dan kegiatan lainnya," ujar Launius.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar